Rabu, 04 November 2015

Adakah yang tega menampar anaknya saat menangis minta sesuatu?

Orang tua mana yang tega menampar anaknya sendiri saat dia menangis?
bisa jadi nangis karena kelaparan, menangis karena keresahan, kegundahan, atau bahkan berontak karena rasa tak nyaman?

Tapi kenyataannya sekarang memang ada juga type orang tua yang kejam terhadap anak kandungnya sendiri. Anaknya lapar minta makan malah di omelin, disuruh cari makan sendiri, kalau gak mau juga dan masih nangis malah lanjut di tamparin, di tendangin, di pukulin, dihancurin mobil-mobilannya misalnya.

Nah Itu anak kandung aja ada yang dikejemin begitu, apalagi kalo dianggap anak tiri coba.

Tapi.. masih lebih banyak kok orang tua yang sayang sama anaknya. Laper ya di kasih makan. Kesusahan ya dibantuin. Curhat ya di dengerin. Mengeluh ya di kasih arahan. Di elus-elus ya di manjain. Walaupun tetep aja ada yang ngelus-ngelus tulus ada juga yang ngelus-ngelus tapi modus.

nah... itu di atas hanya gambaran.
Ibarat kata, rakyat ini adalah anak dari Pak Presiden.

Rakyat sebenernya gak manja-manja amat tiba-tiba nangis terus minta ini itu. Gak kan? rakyat udah sabar setahun. Dan yang sekarang nangis itupun ya karena ngemis kesejahteraan. Kepada siapa lagi kalo bukan ke "Bapak-nya"?

Tinggal bagaimana type "Bapak" kita sekarang ini.
Apakah seperti yang digambarkan di atas?
Apakah meladeni keluhan anaknya atau acuh?
Atau justru menyuruh anak-anaknya diam dengan memukulinya, dan mencegah agar tak menangis lagi dengan memberikan ultimatum?
Apakah menganggap rakyatnya sebagai anak kandung atau anak tiri?
ya semoga tidak yang buruk-buruk seperti perumpamaan oknum orang tua diatas....

Mungkin yang kejadian kemaren saat rakyat nangis (ada yang sekolah, ada yang udah kerja, sama-sama curhat, menujukkan rasa, saat unjuk rasa), tapi dihadapi dengan kekerasan, kemudian di hari berikutnya diterbitkan ultimatum "HS", peraturan yang berisi penyempitan ruang curhat unjuk rasa dsb, hanyalah ulah oknum..

ya.. mungkin Oknum Presiden, atau oknum Gubernur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar