Rabu, 28 April 2021

Nichi Yoobi @ Pulau Condong, 6 Des'09

 Ditulis 2009
Miko Takada Tapiono

    Enjoy Jakarta event yang di adakan di depan Kantor Pos kawasan Museum Fatahillah, Jakarta Kota, Sabtu malam 5 Des '09, tak terasa telah mengantarkanku pada jam 23.45 Waktu Indonesia Bagian Terminal Bus Pulo Gadung.
Setelah perut terisi, rasanya nyaman juga duduk di Bus Arimbi (P.Gadung~Merak) AC bertarif Rp 20.000,- yang siap mengantarkanku ke suatu tempat yang bahkan blum terbayang dalam anganku saat itu.
Terpejam untuk beberapa saat, tak terasa Arimbi sudah mengantarkanku ke Merak melalui Tol Tangerang, melewati Serang.

    Minggu 6 Des '09, jam 03.00 pagi, setelah turun dari Arimbi kuikuti Mas Edi, teman satu bus Arimbi. Karena saat kutanya ternyata tujuan kita sama, yaitu untuk menyebrang ke Bakauheuni, Lampung.
"Kalau dulu sebelum terminal pindah, begitu turun di Merak sudah langsung pelabuhan, ga perlu jalan sejauh ini, kalo mo ngojek 5 Rb!" Ujar Mas Edi setelah berhasil membeli Tiket Ferry Ekonomi Seharga Rp 10.000,-.
"Jangan sekali-kali beli makanan di Kapal, mending disini aja masih normal. Kalau di atas kapal ngopi aja bisa 7 rb!" imbuh Mas Edi.
Setelah perbincangan itu, pintu dermaga terhubung ke kapal Ferry Titian Murni, kami mulai naik setelah penumpang turun dengan rapi.

    Nyaman terasa tempat yang kududuki sekarang. Bryan adams 1 album di suguhkan di ruang "AC Ekonomi Gratis". Tulisan yang kubaca sebelum duduk di dalam ruangan sofa deck B kapal ini.
Gile ternyata enak juga yah lagu2 Bryan. Dari judul-judul lagu yang sempet w dengerin, w bikin update status pagi itu keak gini "Do i have to say the words, on a day like today, a morning without moaning, what a wonderful worlds".
haha begitu narsisnya q ini..ga jegos bhs inggris aja sok sok-in.

    Allahu Akbar .... Rasa getar yang aku rindu, kutemukan di sini. Ditengah Laut dan kesendirian. Nama Allah ketika subuh berkumandang di atas kapal ini, berbeda sekali rasanya.. Ga pake lama Ga pake males, langsung aku cari-cari sumber Muadzin, Lantunan Adzan yang indah dan menggetarkan. Ternyata kutemukan ada di dek bawah kapal. Kemudian ber-enam bersama penumpang lainnya, kami sholat subuh berjamaah. Indah.
Dalam keterasingan, ketergantungan kepada-Nya jadi meningkat, Kesombongan sbg manusia sedikit berkurang.




    Sampai di Bakauheuni jam 6 pagi, dan rasa Lapar mendera. Itulah kesan pertama saat sampai di Tanah Sumatera ini. Turun dari pelabuhan aku langsung jalan ke arah terminal. Mengikuti arus teman2 lainnya yang baru turun dari kapal. Para Calo mulai sibuk menyambut penumpangnya. Menarik2 sembari nanya2, "kemana mas?", "ngojek mas?"
Ketika ada yang bertanya padaku, aku jawab aja ""mo ke warung, Makandd..." eh.. kabur deh tu pada. Lagian emang w mas mu apa? -mas-mas-mas... hihiihi..

    Hemmm Alhamdulillah, Perut terisi Filling kembali beraksi. Mau kemana nih baru jam 6 pagi udah di Pulau Sumatera.
Ahaa... cari pantai ah.. akupun mulai bertanya, dimana ada lokawisata yang mudah di jangkau dari sini.
Dari gadis di kasir warung tempat aku makan tadi, aku di berikan pilihan wisata ke Pasir Putih, sekaligus bus mana yang harus kunaiki untuk sampai di tujuan. Bakauheuni~Rajabasa, AC Rp 22.000,- itu dia bis plus tarifnya sudah kudapat. Go.... Pasir Putih

    Pembakaran karbohidrat menangkis hawa dingin pegunungan Lampung selatan, Nyaman kurasa.
Ah.. sayang aku jadi ketiduran karenanya. Jam 8 aku di bangunkan dari kantukku..
nyesel juga ketiduran, karena pemandangan bukit terjal dan jalan berliku, bagus..

    "Pasir putih.. 2x!!" teriak kernek bus..
Aku bersama satu penumpang lainnya di turunkan di pertengahan jalan trans menuju Rajabasa. Perjalanan ke Rajabasa kurang lebih masih memakan waktu sekitar satu jam lagi.
    "Camp Latihan Pasir Putih" terpampang samping warung dekat jalan masuk utama lokawisata milik anggota korem itu. Di warung itulah aku ngobrol dengan mas-mas yang turun bersamaku tadi. Kemudian diketahui namanya adalah Agus. Asli tasik. Dia kesini untuk bertemu dengan kekasihnya yang asli Tanjung Karang. Dulu waktu masih baru2 pacaran mereka sering masuk Pantai Pasir putih ini. Dari dia aku dapat informasi kalau ada tempat bagus, sunyi dan masih asri, Namanya Pulau Condong.

    Ga terasa sudah lama ngobrol sambil menunggu kedatangan Yunita, kekasih Agus. Sampai akhirnya pukul 9.30 siang, Gadis yang mas Agus tunggu itu datang juga dengan mengendarai sepeda motor.
Sebentar aku dan mas Agus saling tukar nomor hape, sebelum dia pamitan dia menasehati, "hati-hati mik, kalo ada apa-apa hubungi aku aja". "Oke mas, ati-ati juga ya di jalan" jawabku sambil melambaikan tangan. Mereka berdua mau terus ke Kalianda, kerumah kakak kandung Mas Agus yang dapat orang Kalianda juga dan sudah lama menetap disana.

    Tinggallah sekarang aku sendiri di warung ini. Warung dekat pintu masuk ke camp latihan sekaligus tempat Wisata Pasir Putih ini, sederhana. Menyediakan minuman dan jajanan seadanya. Setelah ku bayar kopi dan Okky Jelly ke Ibu pemilik warung, aku langsung beranjak pergi menuju Gerbang wisata yang sedari tadi sudah ramai dikunjungi mobil2 rombongan. Setelah membayar di loket Rp 6.000,- saya di persilahkan masuk oleh penjaga loket berbaju orange kompak. Baru saja masuk sudah ada yang menawarkan jasa penyebrangan menggunakan perahu untuk menyebrang ke pulau Condong.
"tarifnya 40 Rb kalo sendirian, tapi bisa kurang kalo rombongan" tukas pria muda hitam bertopi itu.
"ya udah jadi aku mau nyebrang, tapi nunggu rombongan aja. tapi 20 Rb ya?" tawarku.
Okelah kalo begitu, Deal juga akhirnya.

    Sambil menunggu, aku melihat-lihat sekitar Pantai Pasir putih ini. Terlalu banyak sampah di tepian pantai. Banyak kudengar tak sengaja, keluhan pengunjung lain. "Mbien ki pantai kinclong banget kok yoo, moso saiki koyo ngene. Angger garep adus yoo piyee..."
translate bebasnya "Dulu pantainya tuh bening banget loh, masa sekarang jadi kayak gini. Kalo mau mandi ya gimana..". Memang-memang bu.. ucapku lirih dalam hati yang tersakiti. Sampah.
Kemudian bosan sendiri, aku cari teman ngobrol. Aku dekati syaiful dan kakaknya yang sepertinya sedang sibuk mengawasi sampan kecil sewaan milik ibunya. Syaiful masih Semester 1 (SMP) dan besok mau ujian Semester. Sedangkan kakaknya sudah berhenti sekolah, hanya menamatkan SMP saja untuk kemudian fokus membantu Ibunya di tempat wisata ini.
Sambil mengingat2 katakana yang diajarkan teman dekat kontrakanku akhir2 ini, aku coba tuliskan nama mereka berdua menggunakan huruf nihon. Cukup antusias mereka memandangi goresan ranting patah ditanganku di atas pasir putih. Aku pelesetkan, "Nah kalau ini tulisan Syaiful Jamil. tapi orang jepang bacanya Saepulo Jamiro kali ya..." hahahaha.. kakak beradik itu tertawa lepas.. akupun ikut tertawa.
Dalam hatiku kalut, betapa seharusnya aku bersyukur dengan kenikmatan yang Allah berikan atas pendidikan SMK orang tuaku berikan. Sampai datang seorang hitam, muda dan bertopi, calo penyebrangan yang menawariku perahu di awal kedatanganku tadi.
"Ayo jadi nyebrang ga?" kata dia..
"bertiga aja nih?" tanyaku.
Karena bersamanya sudah ada sepasang muda-mudi.
Aku kenalkan nanti.
.......................

    Sebenarnya saya masih ingin banyak dengar cerita Syaiful dan kakaknya, walaupun dia pendiam (loh apa yang mau di dengerin y klo diem.. heehe..)
Disebelahku yang mau nyebrangin udah siap mengantar ke P.Condong, tanpa sempat pamit lagi aku langsung ke arah dimana perahu di tambatkan. Sepintas aku lihat Syaiful senang dengan buku cover Batman yang sempet ku berikani ke dia tadi. ehmm ada rasa ga enak juga mengetahui ayah syaiful juga ternyata orang penyebrangan (sebutan bagi para penyedia jasa sebrang ke pulao condong). Tapi mau gimana lagi, di awal masuk Pasir Putih ini tadi udah keburu Deal dengan perahu lain yang kini siap mengantarkanku.

    Melajulah dengan sukses perahu bermotor satu diesel ini. Perjalanan perut kosong ini membuat mual dan pening kepala ini. Ditambah hembusan angin dari utara yang lagi lumayan kenceng pula.Untuk mengalihkan konsentrasi rasa mual,aku ajak ngobrol saja salah satu awak perahu yang tidak sedang sibuk mengendalikan kapal seperti temannya. Selama di perahu, aku banyak tanya sana sini sehingga diperoleh informasi sbb :
- Pulau yang akan di tuju itu bernama Pulau Condong
- Sebelah kanan jauh dari sisi perahu adalah menara PLTU unit 34, sedang sebelah kiri lebih jauh terlihat menara adalah proyek yang sedang di bangun PLTU unti 52.
-Kapal-kapal hitam besar yang berserakan di lepas pandang itu adalah kapal Batu-bara yang di datangkan dari Luar dengan harga murah, untuk di pakai di PLTU-2 itu. Sedangkan Hasil batu-bara kita dengan kualitas lebih bagus di ekspor, ehmm jeli juga ya..
- Sebelah kiri Pulau Condong dari arah kedatangan, terlihat dua Pulau yang bukitnya lebih landai dan terlihat lebih terhuni disana. Yang terlihat lebih jauh adalah Pulau Ping-Ping, Pulau itu di kelola pihak swasta untuk di jadikan pusat budidaya ikarn Rapuh. Yang Lebih dekat di sisi kanannya adalah Pulau Bule, yang sekarang di kelola pribadi perorangan oleh orang China, dan tertutup untuk umum.
- Kemudian di ketahui juga kalau Ayahnya sudah bekerja di Pulau Condong sejak 17 tahun yang lalu, perjalanannya kali ini untuk membantu Ibunya yang sudah lama mulai ikut menempati salah satu gubugan untuk berjualan (menemani suaminya sekaligus) di Pulau itu.
- maka ternyata dugaan saya berarti salah. Pria sedang ku tanya-tanya ini bukanlah awak perahu, tapi penumpang juga seperti saya dan sepasang muda-mudi yang saya ceritakan di part 1 tadi.
yah... saya kira dia awak kapal karena penampilannya khas penduduk lokal.



Gambar Pulau Condong dari hasil googling (ga pnya kamera si..., ^^ hehehe..)

    Akhirnya, Setelah 30 menit di atas goyangan perahu, mendarat juga kita berlima di bibir pantai Pulau Condong.Hanya satu kata, " Kagum".
Pantainya bersih... (ga banget2 sih..) Tapi sangat lebih bersih di bandingkan Pantai Pasir Putih, tempat bertolakku tadi. Ditambah lagi aku yang baru pernah ke pulau kecil kaya gini. Selama 22 tahun ga pernah lepas kaki berdiri di tanah Pulau Jawa, akhrinya dalam satu hari kemarin sudah berhasil berpindah-pindah dari P. Jawa - P. Sumatra - P.condong. Rasanya terharu ... Sepi.. silir-silir... desir ombak...Biru.... tapi damai....

    Oh iya hampir aj lupa.. begitu sampai di Pulau Condong, setiap pengunjung akan dikenakan tiket masuk lagi sebesar Rp 3.000,-. Memang tidak ada pintu masuk, tapi penghuni pulau akan mendatangi setiap perahu yang merapat ke Pulau itu untuk memberikan karcis dan meminta pembayarannya di tempat. Saya sarankan jangan banyak tanya, bayar aja.. Oke!
Terus yang musti diurus lagi adalah mengenai jam kepulangan kita kembali ke Pasir Putih. Harus di koordinasikan dengan jelas dengan Awak Perahu. Karena biaya 20 Rb itu sudah PP, alias pulang pergi. Jadi kepulangan kita nanti sudah merupakan tanggung jawab dari Perahu yang mengantar kita. Kita akan mendapatkan kertas bertuliskan trayek perahu yang kita naiki sebagai bukti dan identitas.

Setelah janjian, Lega deh.. udah pasti di jemput lagi nanti sore jam 3 sore.
Melihat kondisi sekarang baru jam 11, rasanya hari masih terlalu panjang di tempat indah ini. Siang terik yang cerah tapi tidak panas. Mungkin kalah sama kadar oksigen yang dihasilkan pohon2 rindang pulau ni kali ya. hehe soktoy w...

    Aku mencar aja cari tempat sendiri, ga mau ganggu yang sejoli yg mw mojok cari lokasi. Sisa cape dan belaian angin pantai ini membuatku kantuk. Tidak jauh terlihat ada gubug ada satu orang sedang tiduran disitu. Dia seorang penyebrang juga, dari perahu lain yang sudah mengantarkan rombongan sedari tadi. Dia memilih stay karena rombongan yang dia bawa menjanjikan keberadaan mereka tidak lama di pulau ini. Benar saja, baru sepatah dua patah aku ngobrol dengannya, rombongan orang dengan pakaian serba hitam menghampiri. Mereka Pulang kembali ke Pasir Putih.

    Tinggallah aku seorang merebahkan diri di gubug yang sudah reyot ini. Dalam kesepian, tengok kanan, tengok kiri ga ada orang satu pun (langka uwong setugel acan). kan aneh, kayak mimpi aja!
Ga nyangka aja bisa senekat ini, bisa sejauh ini, dan bisa nyampe ketempat seperti ini. Nyaman sekali Merenung disini, sesekali sms dan update status.. hehe(narsis) abis ga punya kamera si. hape non cakram pula. heuhhh.. gak papa mimimalis tapi komunikatif. Untung juga sempet di charge di Kapal Ferry semalam, jadi masih ada temennya.

... hemmm sampe jam 12an mungkin akhirnya terbangun. W kok ngerasa kaya ada suara2 tanda kehidupan selain manusia di Pulau ini. Bener juga dugaanku, setelah tengok ke arah hutan, dan menelisikkan pandangan di balik-balik dedaunan, akhirnya mataku mendapati di phon mangga belakang gubug ini ada banyak mata2 mengintai mengawasi... yaitu Monyet, hahaha.. Banyak monyet disana, ukurannya kecil2.

    Trus ga lama kemudian ada rombongan dalam perahu terlihat datang menuju pulau ini. Semakin siang semakin ada orang rupanya. Lumayan lah, ada manusia sebelum temen-temen monyet terlihat juga nanti, malah kacau. hehe..
Orang jawa sih kayaknya kalau di dengar dari cara bicaranya. Tapi setelah aku tanya ternyata rombongan ini adalah orang bandar (bandar lampung, mereka sebutnya bandar ajah)
Banyak perpindahan penduduk, banyak orang jawa di Lampung. Solo asal rombongan itu, namun sudah lama menetap di Bandar Lampung.

    Hasrat Ingin berbasah-basahan mulai terasa nih, ingin mandi juga seperti rombongan itu yang dari kedatangannya tadi langsung nyemplung ke aerrrr... ah.. Jadi malu ga ada temennya. Sedari tadi cuman liatin doang, emang pengawas pantai. Cuma nyimak canda tawa mereka semua. Akhirnya kuputuskan untuk beranjak dari gubuk tua ini kemudian jalan-jalan di pinggiran pantai, setelah sebelumnya kutitipkan barang-barang di warung (milik ibu dari pria misterius yang aku obrolin di perahu tadi).

    Ternyata sisi lain pantai kutemukan sepasang muda-mudi yang satu perahu saat menyebrang tadi. Loh Mas kok renang sendirian, cewenya ga di ajak tuh? tanyaku.
" gabisa renang dia, gabawa ganti pula" jawab dia..
" ayo mandi lah" ajaknya sejurus kemudian.
Karena memang sudah niatanku untuk mandi, akhirnya ku iyakan saja ajakannya.
Lumayan ada temen ngobrol selagi renang, Jadi ga kaya orang ilang banget dimata rombongan lain, hehehe..
Puas berenang kesana kemari, menginjak lumut2 rumput laut yang terlihat jelas di bibir pantai, akhirnya kita tiduran di pasir putih memandangi awan di bawah pohon yang menjorok kepantai.
Hemmmm.... damai banget nih kayak di pantai (emang iya di pantai, mikk mikk..)
Dari Obrolanku setelah kenalan dengannya didapatkan informasi yang dapat dirangkum dlm ingatanku sbb:
- Namanya Anton
- Nama Cewenya (*****)
- Kedatangan mereka berdua kesini sama dengan saya, baru sekali ini.
- Mas anton ini Orang Sulawesi, beragama kristen asli suku Toraja
- Kalo Cewenya Orang Jakarta, cuma kerja disini bersamanya.
- Anton kerja di galangan kapal di Panjang, kelihatan dari Pulau condong, Sebelum Tanjung Karang.
- Dia Lulusan teknik perkapalan UnHas (Universitas Hasanuddin), makannya bisa jadi QC (Quality control) di tempat kerjanya di Galangan.
- Yang lain privasi kali yee.. hehe

    Yang jelas Anton heran kalo jam 3 nanti w harus balik lagi ke bekasi, sendirian pula. haha, nyengir aja deh w..
Lumayanlah selama nanya-nanya dapet cemilan biskuit.. kasian kali ya liat w telanjang dada kurus kaya orang kurang makan, padahal emang belum makan dari lebaran. Makasih mas Anton.

    Rombongan2 lain semakin banyak berdatangan. Macem2 aktifitas yang mereka lakukan di pulau itu. Ada yang pada bakar-bakar, Ada yang maenin gitar (lagunya kangen band, khatam! ) ada yang renang-renang, ada yang naik ke bukit sampe hape-nya ilang,huhh.. bikin heboh aja, untungnya ketemu. Dan ada yang kurang kerjaan dan tidak pantas ditiru, nimpukin si monet, kan kasian ya..?
Sehabis renang-renang tadi masih terasa lengket2. Untung nemu tempat buat bilas. Adanya di belakang gubug tua ga kepakai. Seram sih, dan kurang layak untuk kamar mandi umum. Tapi karena ga keurus, ya wajarlah klo gratis.

    Abis itu apalagi yak.. lupa.. ehmmm .. oh iya.. Ada orang yang naik perahu sampan kecil mancingin cumi pake ikan-ikanan. Baru sebentar ke tengah laut dapetnya udah banyak. Kata dia cumi itu enak di makan dan mahal di jual, satu kilogram bisa di jual 20~30 Rb Rupiah.
Si Pemancing cumi di panggil sama pria misterius penguni pulau. Terus w ma Anton jadi ikut mendekat ingin tahu. Ternyata pria itu lagi motongin kumis cumi. Iya Cumi masih idup, menggeliat-geliat di potongin kumisnya. Setelah di Verifikasi ternyata kumis cumi itu katanya ampuh untuk di jadikan umpan mancing ikan di pemecah ombak sana.

    Anton dan cewe-nya melanjutkan kebersamaannya di gubug menghadap pantai itu, sedangkan w ngikutin mas-mas anak penghuni pulau yang mau mancing di pemecah ombak.
Lama menunggu ga dapet2 juga. Eh malah nyangkut kailnya di tali tambatan perahu. Setelah di tarik paksa kailnya putus.
"Tolong tungguin bentar ya, aku ngambil kail dulu di warung" pintanya padaku.
Aku yang dari tadi diam akhirnya membuka mulut, "Okelah Kalo begitu" .. hehehe
Setelah dia ambil kail pancingan baru, aku mulai beranikan untuk buka obrolan dengan pria misterius anak penguni pulau itu. Ternyata sangat informatif dan banyak tahu.

    Namanya Hendrawan, biasa di panggil wawan. Ibunya yang jualan di warung itu namanya Ibu Maswanah. Ayahnya yang bekerja di Pulau condong ini sejak 17 tahun lalu bernama Bapak Syamsudin. darinya jga saya di beri tahu kalau PEMILIK Pulau Condong ini adalah Pak Amirudin.
Pak Amiruidin ini sudah Lanjut usia. Dulunya anggota. Ayah Pa Amirudin inilah yang menjadi pemilik pertama ketiga pulau ( P. Condong, P. Bule , dan P. Ping-Ping ), wawan bercerita.
Tahun 1996 lalu Pulau Bule pindah tangan ke orang China. Dengan imbalan 900 Juta sebuah pulau sdah menjadi milik pribadi waktu itu (Benarkah pulau bisa jadi milik pribadi dan jika di jual uangnya menjadi hak pribadi?, arghh ga ngerti jadinya, puyeng, kirain teh milik INDONESIA yak)

Ketika aku tanya: "nah kalo pulo Ping-Ping harganya berapa?
"wah kurang tau kalo yang itu" jawab wawan.

Lagi asik nunggu ikan makan kumis cumi, tiba2 bahuku di tepuk dari belakang.
Ada seorang anak menanyakan padaku,
"Abang tadi nyebrangnya pake perahu ILHAM ya?" tanya anak kecil berkaus kuning itu
"Iya, kenapa de?" tanyaku
"Itu sudah ditunggu bang, perahu yang jemput mau berangkat" katanya.
"Yaudah abang ambil barang dulu di warung ya. tapi makan dulu ya, mau nungguin bentar ga de?"
"udah ditungguin mas" tegasnya..
waduh kalah tegas w ama anak kecil (koreksi nih).

    Di warung aku mengambil tas, sepatu dan celana panjang yang kutitipkan tadi sebelum berenang bersama Anton. Disana sedang berlangsung pembicaraan serius tiga orang yang sudah berumur, seorang nenek dan dua kakek-kakek. Yang nenek itu sudah bisa di pastikan adalah Ibu Maswanah (ibunda wawan), tapi kalo yang dua ini berarti siapa yahh ??? aku bertanya2.

    Eh lagi make sepatu ada yang gede nyamperin juga. Kali ini bapak2. Rupanya awak kapalnya ganti, perahunya pun lain, bukan yang tadi, cuma tetep satu trayek "ILHAM". wah terorganisir juga ya gumamku, sampai2 mengerahkan anak kecil untuk bertanya2.
Bapak2 itu kemudian dia berucap, "udah jangan di pake disini tar di perahu aja, malah basah loh"
.. ehmm, iya juga yah.. pikirku.
Di perjalanan menuju perahu aku bertanya ke bapak2 tukang perahu.
Pak tadi kakek-kakek yang di warung yang lagi ngobrol itu siapa ya Pak?
dia menjawab "itu Pak Syamsudin penjaga pulau ini, dan Pak Amirudin si Pemilik Pulau"
"ooooooo....." panjang terucap olehku.
Masih teringat penggalan obrolan mereka di warung tadi. Ternyata eh ternyata.. ehmmm Begitu fulgar yah pembicaraan seorang kakek dengan kakek laennya. Saya malu menuliskannya disini.. benar2 terlalu fulgar, tpi serius, dan memang merupakan sebuah fakta dan realita yang terjadi sekarang.

    Sampai di kapal sudah menanti Mas Anton bersama pasangan, dan Bapak berkumis tebal bersama perempuan, entah pacar atau istrinya mungkin.
Aku yang baru mau masuk perahu dengan di buru-buru merasa malu, karena masih pakai celana pendek, basah pula. Tapi ah cuek ajah.. toh biasanya malu-maluin. hehe
Sedih ya di apit dua pasangan, hehe.. kapan ya w.. hihi (ngarep)
Bapak kumis tebal gombal sekali, sedangkan Anton dan Ce-nya serasi sekali.
Setelah perahu jalan meninggalkan Pulau Condong, kita berlima lebih banyak diam sambil memandangi pemandangan di luar perahu. Cuma sepatah tanya dari mas anton dan senyum cewenya,
"langsung ke bekasi Mik?" iya jawabku..
kemudian kembali melemparkan pandangan ke bukit2 yang berpulau2, eh salah, pulau yang berbukit2 yang terlihat semakin menjauh. Selamat tinggal Pulau Condong...

    Alhamdulillah mendarat juga akhirnya di Pasir putih (Ds Suka jaya, Lampung).
Kembali teringat aku akan Syaiful yang kukenali saat pertama ku datang di pasir putih ini tadi pagi.
Ku sebarkan pandangan namun tak kudapati sosok syaifuldan kakaknya.
Mungkin dia banyak orderan. Memang beda jauh dari tadi pagi. Sore ini Pasir Putih lebih ramai pengunjung. Banyak Mobil parkir. Banyak rombongan gelar tikar.
Aku merasa lapar,meliha banyak rombongan yang lagi makan2 bersama keluarganya.
Lama disini bisa nangis batin aku.. heheh.. Ga berlama-lama disini langsung saja aku cari pintu masuk sekaligus digunakan sebagai akses pintu keluar.

    Sampailahi di warung tempatku ngobrol bersama mas Agus yang nungguin cewenya tadi pagi disini. Ku sempatkan buat isi perut disini (pesen Mi pake telor, krupuk, dan Okky Jelly)semuanya cuma Rp 7.500,-) Memang murah dan itu tetap mengurangi stock keuangan yang sudah genting di perjalanan tanpa planning ini.
Alahmdulillahi kenyank-ku kumat... eh gopenya kembalian permen kojek, tambah enak ajah..
    Udah jam 3 sore itu, setelah makan di warung aku harus cepat2 ke bakauheuni. Untung banyak bis ke sana. Nyetop bus dari depan warung juga dapet.
"Semua bis dari Rajabasa itu pasti berujung di Bakauheuni, tidak ada jurusan lain",masih terngiang2 petuah mas Agus tadi pagi.
Beda dengan bus AC, bus ekonomi yang aku naiki ini hanya perlu Rp 17.000,- saja.
Akhhhh lega sudah duduk di bis.
Di tengah perjalanan turunlah hujan derass.. derass.. dan derass..
Tanjakan berliku-liku terpaksa harus aku tinggal tidur. Lagian kaca buram kena hujan, ga bisa liat pemandangan di luar. Sekalian charge energy.

    Kurang lebih Pkul 18.00 minggu petang, bis sudah sampai di Bakauheuni Lampung nan elok berbukit2.
Sampai di terminal bakauheuni aku langsung turun dari bus, Aku hampiri Gubug duit Mandiri, sayang naas, Error. Padahal itu satu2nya yang terdekat. aku inget waktu pagi tadi juga ambil duit disitu. Cewe dibelakang antrianku juga bernasib sama, dia tidak percaya, tapi memang Error.

    Ahh udah seadanya ajah.. gumamku.. Aku langsung masuk ke Pelabuhan Paling ujung Pulau Sumatera itu untuk beli tiket Ferry menuju Merak di Pulau Jawa sana. Harganya sama Rp 10.000,-. Memang begitu turun dari bus di terminal Bakauheuni jalan sedikit sudah langsung ketemu pelabuhan Bekauheuni juga. Tidak seperti terminal Merak yang baru sekarang, jalan dari Terminal ke Pelabuhannya itu jauh. Jadi inget petuah bang Edi yang aku kenali Pagi2 buta tadi di Merak.

    Aku sudah di Dek Ferry sekarang. Kondisinya lebih padat dibandingkan tadi pagi. Teriakan Ferry dari bunyi klaksonnya yang panjang sebanyak 3 kali, mengawali perputaran mesin, menandakan kapal segera meluncur. Padahal kode seperti itu berarti ada penumpang yang jatuh ke laut.
( --- --- --- ) jika ada penumpang jatuh kelaut)
itu aku baca di papan informasi deck B.

    Aku merenungi kenarsisan hampir semua orang yang photo2 di hampir semua sudut kapal. Indonesia narsis euyyy... Memang, banyak sudut pandang yang membuat orang ingin menjadikannya background di balik fotonya masing2. Lalu lalang Ferry yang tak henti sepanjang hari, pulau-pulau yang membuat jalan kapal harus berbelok menghindari daerah dangkal, mercusuar.. bahkan tali tambatan kapal pun di jadikan background buat foto-foto. Indonesia memang Indah, Orangnya ramah-ramah (dulu kali yah, sekarang mah cuek-cuek), yang jelas narsisnya ga ketulungan.. hehehe (kyk yg nulis)

    Hujan deras melanda saat2 Ferry sudah setengah perjalanan. Sampai waktu hendak merapat hujan malah semakin jadi.
Jegerrr.. jegerrr.. !!! suara dan kilatan petir di tengah laut di tambah angin kencang.. Membuat orang-orang sombong sepertiku takut. Iingat hanya sbg manusia yang lemah dan pelupa kenikmatan-Nya...aku istighfar, Astaghfirullohal'adzimm.. , dari pada dekat-dekatan mending kita sholawatan.. (apa si)

    Jam 20.50 kapal berhasil merapat. Turun ke pelabuhan kemudian jalan menuju terminal merak dengan kondisi masih hujan lebat membuat genangan setinggi mata kaki di beberapa titik. Tak rela sepatuku basah, aku mending berlari di halaman menghindari genangan, tapi percuma, basah juga. Malah plus sweater jadi lembab.
Tiba di Terminal Bus Merak, mulailah pencarianku terhadap bus Bekasi yang penuh kebimbangan. Loh kok bisa? ya iyalah bimbang, Duit tinggal 16 rb.
Padahal denger2 bus Ekonomi ajah 17 Rb minus seribu dong, bisa di omel2in kenek nih. apalagi AC-nya, bisa jadi 22 kaya berangkatnya semalem.
Lama nunggu, ga juga dateng bus ekonomi ke Bekasi.

    Beberapa saat kemudian..
Aku semakin khawatir, mondar-mandir, perut keroncongan, kedinginan, terasing di negri orang.
Bayangkan begitu banyak tawaran makan di sepanjang emperan terminal tak bisa kuterima. Maaf Pak Bu, bukannya ga mau mampir, cuma takut disuruh bayar ajah. Duit pas-pasan nih.. Gubug Mandiri yang dicari dari tadi bolak2 ga nemu. Setelah iseng nanya ternyata adanya malah di Pelabuhan, Whatss? balik lagi? ah... belum tentu juga ada saldonya.
Lagi bimbang2 versi melly guplo datanglah sosok seram.
"Kemana?" tanyanya
"Ke Bekasi Barat Bang" jawabku mencoba tenang.
tanganku terus di tarik keluar toko tempat berteduh, "ayo ikut" ajaknya.
"kemana bang?" tanyaku
"lo mau ke barat kan?" tanyanya balik
"iya, tapi yang ekonomi bang" jawabku.
langsung dilepaskan aku, dan berhenti dari lari-lari kecilnya. "Ke bekasi ga ada yang ekonomi" dia berujar sambil kembali berlari berteduh di jejeran ruko tempat orang banyak menunggu bus disitu.
aku ditinggalkannya.
aku kembali beranikan diri ikut berlari mendekatinya.
"emang kalo AC berapa bang?" tanyaku

    Tanpa menjawab tarif, Pria sangar itu sudah menangkap permasalahanku.
"ohhhh.. masalah ongos..., udah gini aja, Lo adanya berapa"
"sisa uang saya tinggal 16 Rb bang" jawabku.
Tanpa ada kata lain, dia panggil temannya yang lain, "udah kamu naik ajah, ikuti temanku ini" katanya.
aku lari mengikuti orang itu menuju bus metromini, disuruhnya aku naik.
"udah naik, diem aja, tar aku yang ngomong" kata pria itu
"Makasih bang" ucapku sambil masuk ke dalam bus itu.

    Aku lihat jam di bus AC itu sudah 21.15. Waktu itu penumpangnya baru 4 orang termasuk aku. Aku sudah tidak ada tenaga untuk berbasa-basi malam-malam. Tapi masih ada tenaga untuk tertawa. Pasalnya Sambil menunggu penumpang lain, di dalam bis di puterin film dono judulnye "setan kredit". Sampai kira-kira jam 22.45 bus baru penuh. Karcis di bagikan di atas, dan kernek mulai narikin bayaran. Gelisahku muncul lagi, kernek minta bayarannya sesuai tarif. Aku mencoba menjelaskan, "Bang dari di bawah tadi saya udah bilang ke calo-nya klo q cuma punya uang 16 Rb."
Setelah mendengar penjelasanku, kernek itu nyamperin supir.
Aku berjarak 2 kursi di belakang sopir, jadi ga tau mereka ngobrol apa. Ternyata kernek balik lagi ke arahku dan menerima uangku yang cuma 16 rb, padahal tiket untuk AC Seat 2-2 ini, seharusnya 28 rb!
Alhamdulillah selama ingat Tuhan kok rasa-rasanya di bantu terus.

    Bus pun jalan.
Film dono selesai diganti dengan Muter Lagu-lagu lawas. Lagunya Ebiet menemani perjalanan, tv pun dimatikan. Jalan berliku tak terelakkan untuk ku tinggal tidur. Cape dan lelah menahan lapar. Ngeringkuk aja menahan dinginnya AC dengan sweater lembab bekas ujan2an di Merak tadi.
Ga tau ini dimana, dengan rasa bingung aku terbangun, terperanjat. Di teriakin.. Barat-barat-barat!!
Owhh rupanya udah di Eksit Tol Bekasi Barat. Persis di samping Mall MM.
Yang turun di barat w doang sendiri. Waduh gawat, kondisi sepatu lagi di lepas karena basah. Takut mengecewakan penumpang lain (kebanyakan turun di cikarang) aku turun aja sambil nenteng sepatu, nyeker deh..

    Untung jam 01.39 di barat sepi abis, mungkin karena abis ujan juga. Tapi satu dua pedagang masih ada. Cuek ajah..
Sampe di tepi jalan baru deh Pake sepatu di trotoar.
Trus abis itu jalan , jalan , dan jalan, secepat2nya. Melewati hitamputih pembatas jalan kali malang. tepat di pinggir sungai kali malang. Mengimbangi diri dengan tangan kiri dan tangan kanan. Plus update status bahwasannya aku sudah ada lagi di Bekasi, Pulau Jawa.
Jam 02.10 Senin dini hari ku temukan tempat tidurku di Kontrakan.

    Dengan kesimpulan dan hikmah perjalananku kali ini yang hanya terpotret dalam ingatan dan bersarang di hati, aku mulai beristirahat sejenak untuk berangkat kerja Senin pagi di 4 jam berikutnya.

The End~

*catatan ini bwt saya pribadi dalam catatan ini, special bwt anda yang smpet baca.

Kapan2 aku ingin kesana bersama orang2 yang kepikiran dihati saat aku disana.

Catatan perjalanan ini mrpkan karangan bebas, sebebas-bebasnya, tanpa maksud mengabaikan aturan menulis yang benar dari guru bahasa indonesia. ^^ hehe...

sebebas karang tumbuh di dasar samudra.

Nichi Yoobi @ Pulau condong

(Hari Minggu di Pulau condong) 6 des'09

~temontetsu/miko~

miko takada tapiono

7 des'09

Senin, 26 April 2021

Traveling Murah Bersama Keluarga, Menggunakan Vario Techno 125 Old 2012 Bekasi-Bogor

                                                          Bismillahirrohmanirrohiim

Assalamu'alaikum

Hallo, salam kenal semuanya...^^

    Perkenalkan, saya Takada Tapiono. Takada ragat, Tapiono semangat. Biasa dipanggil dengan nama Miko. Saya seorang ayah berusia 34 tahun. Saya mempunyai 3 orang anak. Anak pertama saya bernama Arfan dan saat ini berusia 6 tahun. Yang kedua berusia 4 tahun, bernama Zahra . Dan yang paling kecil baru berumur 6 bulan, namanya Azzam. Ibu dari ketiga anak lucu tersebut, kami semua biasa memanggilnya: Bunda.

    Bila weekend tiba, kami sering mengadakan Traveling dadakan seadanya sekeluarga, menggunakan Vario Techno 125 Old 2012 kami yang bernama Cherryl. Biasanya berawal dari obrolan sepasang suami istri yang saling mengecek (crosscheck) mood antara satu sama lain. 

      Pada suatu pagi menjelang siang pada hari Sabtu keempat di bulan April 2021 ini, berawal dari lontarkan pertanyaan random yang keluar dariku untuk Istriku: "Pada kepengen kemana-mana gak?", Sejurus kemudian Bunda pun menjawab dengan pertanyaan turunan pada anak-anak: "Asyiik! Anak-anak pada mau ke gunung ga?" Lalu Arfan dan Zahra pun dengan kompak segera menjawab: "Horreee mauu mauuuu". Nah, kalau sudah begini, walaupun panas-panas dibulan puasa pun tetap ringan bagi kami untuk tetap bepergian sembari tetap berpuasa hingga maghrib. Walaupun perjalananannya lumayan jauh dan dalam kondisi terik. Saya, Bunda, dan Arfan tetap berpuasa. Sementara Zahra dan Azzam belum berpuasa. Angin sepoy-sepoy sepanjang perjalan, membuat semuanya terasa begitu indah.

    Singkat cerita sekitar jam 10 pagi setelah perbincangan itupun, Bunda mulai sibuk beres-beres. Memandikan Azzam, menyiapkan baju dan peralatan mandi kedalam satu tas, mengikat bantal kecil di stang kemudi Cherryl, dll. Setelah siap semuanya, kami semua berangkat jam 10.45 siang. Melalui jalur Setu-Cileungsi-Citeurep-Sentul Bogor. Sepanjang perjalanan kami isi dengan suka ria bercengkrama, sesekali menggoda Abang Arfan, disaat yang lain menggoda Kakak Zahra, dalam waktu yang sama tetap wajib fokus dalam berkendara dan safety riding. 

    "Allohul Kaafi Robbunal Kaafi, Qosadnal Kaafi Wajadnal Kaafi, Likullil Kahfi Kaafanal Kaafi, Wani'mal Kaafi Alhamdulillah"_terus menerus dilantunkan Kakak Zahra yang duduk didepanku dan Abang Arfan yang duduk dibangku rotan tambahan. Bunda membersamai sholawatan ceria dari belakang sambil menggendong dan menutupi wajah Azzam agar tidak kepanasan. Tak lupa sambil membantu suaminya mengamati jalan (Ngenekin ^^). Sesekali ayahnya yang jiwa mudanya tlah menua ini menyanyikan tanpa sengaja menyanyikan lirik loss dol-nya Denny Caknan, namun seketika di rem oleh Kakak Zahra: "Allohul Kaafi aja ayah!". "Ok Deh!" sahutku sambil terus mengayuh Burio kami yang bernama Cherryl ini. Sementara itu si Cherryl tetap fokus membelalang tempurkan dirinya, mengantarkan kami kemanapun selama ini, dengan bintang jasa tertinggi di hati kami hingga sampai ke tujuan.

    Waktu menunjukkan pukul 12.10 ketika kami tiba di sebuah Resort yang ada di kawasan Palm Hill Sentul ini. Jika dari arah bekasi, Pintu masuk sirkuit sentul ada di sebelah kiri. Banyak terlihat patung Kuda di pintu masuknya. Terus masuk saja lurus hingga melewati Stadion Balap Sentul, terus keluar pos penjagaan ambil kiri, hingga melewati jembatan sungai, lurus terus mengikuti jalan yang hanya satu-satunya itu. Nama Resortnya adalah Kampoeng Abdi. Tempatnya sederhana, Jalur masuknya terpencil dan tersembunyi di area perkebunan singkong, tapi kamar penginapannya mempunyai view Sirkuit Sentul, komplit dengan soundtrack-nya. Sound = Suara, Track = Trek-trekan, Suara motor meraung-raung gas poll khas trek trekan ala-ala Moto GP. Suasananya adem, tapi hawanya panas. Tapi lumayan sejuk kala sesekali ada angin semilir menyapa. Airnya keruh kecoklatan dan juga tidak dingin. Mungkin karena masih jauh dari area Puncak, Bogor. View di depan kamar yang kami sewa ada langsung terhampar kolam renang 1 petak, dengan 2 variasi kedalaman untuk anak-anak. Kurang lebih 50cm, dengan 2 model perosotan dan 1 ember raksasa auto tumpah yang menghadap ke bilik-bilik kamar penginapan.

    Dulu, kesan pertama datang ke Resort Kampoeng Abdi ini adalah mewah. Pertama masuk area resort ini akan disambut oleh seorang bapak penjaga keamanan dengan baju bebas yang akan membukakan portal. Kemudian selanjutnya diarahkan ke ruang Resepsionis. Ruang penerima tamu sekaligus registrasi ini sederhana namun terkesan mewah bagi saya yang ndeso ini. Dekorasi dan pernak-perniknya unik, antik dan modern tertata apik disana. Ada Miniatur Kapal, Miniatur Badak, Ada Dakon, bersama sofa empuk yang nyaman ada juga satu set kursi pijat listrik yang dapat digunakan dan dioperasikan gratis bagi siapa saja yang berkunjung. 

    Kini, kesannya pun masih sama, mewah dan worthed. Terutama karena keberadaan kursi pijat listrik itu. Sangat pas tentunya bagi saya yang datang kemari dengan menempuh perjalanan darat diatas jok Cherryl. Sangat pas juga bagi Bunda yang punggungnya sedari tadi membungkuk karena beban si kecil Azzam dalam gendongannya sepanjang perjalanan. Bunda, Arfan, dan Zahra bergantian menikmati pijatan kursi listrik sembari menunggu saya menyerahkan administrasi kelengkapan sebelum menginap, yaitu menunjukkan KTP asli dan menitipkan uang deposit sejumlah 100K rupiah. Sementara bergantian dengan Bunda dan Abangnya, Zahra terlihat asik bermain Dakon.

    Kali ini saya check-in menggunakan aplikasi Agoda. Saya mendapat harga 163K rupiah di aplikasi ini untuk satu kamar dengan Twin Bed. Sebelumnya saya menginap disini menggunakan aplikasi Red Doors. Kala itu saya mendapat harga 214K rupiah. Perbedaan budget diantara kedua aplikasi tersebut hingga 51K rupiah, lumayan bisa sedikit lebih hemat dengan menggunakan aplikasi Agoda. Sementara disaat yang sama saya cek di Red Doors masih tetap di kisaran 214K untuk booking kedua. Untuk price list yang tertera harga offline / bayar ditempatnya adalah Rp 350K.

    Oh iya, jika booking via aplikasi, Kampoeng Abdi memberikan fitur terbatas hanya pada kamar saja, tidak termasuk makan sahur. Juga untuk fasilitas lain seperti: kolam renang, wahana anak mandi bola, dan Flying fox, dikenakan biaya masuk tambahan. Harga saat weekend adalah sebagai berikut: Kolam renang Rp 25K, Mandi bola Rp 15K, Flying fox Rp 20K.

    Sementara itu dulu yah... Maaf jika ada kesalahan penyampaian dan kurang akuratnya informasi. Besok InsyaAllah dilanjutkan lagi editnya di sela-sela kesibukan yang ada, sembari mencoba menuliskan kembali apa yang telah terjadi, dan kiranya informasi apa yang perlu dibagikan^^.


Wassalamu'alaikum 

Takada Tapiono